Laman

Senin, 20 Februari 2012

5 orang pemain volly masa depan indonesia



1. Friendrich michael
friendrich michael laorenzo sianturi itulah nama lengkapnya.
anak kelahiran 23 februari 1997 ini adalah seorang yang sangat berbakat di bidang volley. dia menguasai sejumlah servis yang bagi orang biasa tidak mungkin dilakukan, dia dapat melakukan service putaran bola yang menungkik yang sangat sulit untuk dapat di kuasai lawan. itulah sebabnya mengapa blog gaul online memilih friendrich sebagai peringkat teratas masa depan indonesia nantinya
untuk informasi lebih lanjut hubungi email klik disini

diapernah menjuarai santa maria cap di tarutung dengan mendapat peringkat ke 4
dan mendapat pemain terbaik disana
profil lengkap.
sekolah : SMP N 4 siborongborong, tapanuli utara
kelas : 9
alamat. jalan makmur, siborongborong


2. Normalita Nurbaeti
norma.smp.bdg
Bukan rahasia lagi kalau menjadi siswa sebuah sekolah favorit menjadi impian banyak anak dan orang tua. Tentunya, ada banyak cara untuk mewujudkan cita-cita itu, mulai dari yang sesuai aturan, sampai lewat "jalan belakang."
Tidak heran, jika kehadiran seorang atlet hampir selalu mengundang tanda tanya besar dari sebagian orang. Apakah anak itu cukup berbakat untuk mendapat tempat di sekolah berstatus prestisius itu? Bukankah lebih baik memberikan tempatnya kepada anak lain yang memiliki nilai akademis lebih baik?
Anda bisa hapus segala keraguan itu jika bertemu dengan Normalita Nurbaeti (14), siswa kelas I SMPN 2 Bandung. Sebagai seorang atlet voli berbakat, gadis kelahiran 10 Desember 1995 ini bisa saja menggunakan jalur prestasi untuk masuk ke salah satu sekolah favorit di Bandung itu. Namun, dia justru merasa lebih nyaman jika terpilih sebagai siswa SMPN 2 dengan nilai, melawan ribuan anak lain yang juga ingin menuntut ilmu di sekolah itu.

3.  Yolla


Dalam usia remaja, prestasi Yolla sebagai atlet bola voli yunior terhitung cukup mencorong, antara lain dua kali turut serta dalam kompetisi bola voli nasional tertinggi, Proliga. Tahun 2008 putri pasangan Mira Mutiara-Alan Cherlan ini dua kali memperkuat tim nasional Indonesia dalam kejuaraan bola voli pelajar tingkat Asia dan Asia Tenggara.
Sembari menyeka keringat yang membasahi dahinya, Yolla meluangkan waktu di sela latihan untuk menceritakan persiapannya menghadapi Asian Youth Girls' Volleyball Champioship 2010 yang berlangsung 16 Juni. Dia juga mengisahkan kegagalannya membela Indonesia dalam SEA Games 2009 di Thailand dan tidak lupa menyelipkan keinginan untuk menebusnya pada SEA Games 2011.
Awalnya nama Yolla sudah masuk kontingen Indonesia untuk berlaga dalam SEA Games 2009. Dia juga telah mengikuti pemusatan latihan nasional di Gresik, Jawa Timur, yang dijadwalkan selama enam bulan. Baru tiga bulan berjalan, Yolla mengundurkan diri dari pelatnas sehingga melayanglah kesempatan untuk mengharumkan Indonesia di kancah internasional.
Yolla yang saat itu berusia 15 tahun mengaku mundur karena minder sebagai atlet paling muda. Keputusan yang disesalinya kemudian. Untuk itu, dia mengaku siap mental dan fisik bila mendapatkan kesempatan kedua dalam SEA Games 2011. Alasan lain, pemusatan latihan bakal dilangsungkan di Jakarta sehingga tidak bakal sejauh Gresik.

 Deti libero BNI46 2010
Sejak kecil Dety memang akrab dengan dunia olahraga, maklum Sang Ayah adalah seorang guru olahraga di tempatnya bersekolah, SD Karangwuni 1. Namun cinta pertamanya justru pada bulutangkis. “Dulu sebelum voli, saya bermain bulutangkis, tapi karena kalah bertanding jadi malas latihan, lalu Bapak menyuruh saya untuk latihan voli”. Sang Ayahlah yang kemudian mengajari Dety teknik dasar bermain voli dan juga yang menyarankannya untuk masuk klub Bantul Yuso Gunadarma.
Pada tahun 2002, gadis kelahiran 9 Desember ini memutuskan untuk meninggalkan Semanu Gunungkidul dan memilih hidup mandiri di Jogja padahal saat itu usianya baru 13 tahun. Kenekatannya untuk menetap jauh dari keluarga adalah semata-mata untuk bisa berlatih voli dengan Yuso, maklum jarak antara Semanu dan Jogja cukup menguras waktu.

Ada cerita menarik dibalik posisinya sebagai libero. Sebelum menjadi libero posisi Dety adalah spiker, namun karena cedera engkel yang berkepanjangan membuatnya harus melepaskan posisi spiker. Samitholkah Mukri- pelatih Yuso sempat bingung akan menempatkan Dety diposisi mana, “ Pertama kali menjadi libero pada waktu saya ikut Kejurnas Junior 2007 di Indramayu, saat itu Mas Mukri menantang kalau saya tidak bisa bermain baik sebagai libero, saya kembali menjadi spiker”. terang Dety
Meski awalnya hanya coba-coba tetapi justru posisi sebagai libero lah yang membuat gadis manis ini terpilih masuk Pelatnas Kejuraan ASEAN Junior pada 2008 lalu. Namanya juga sempat terdaftar pada Pelatnas SEA GAMES 2009. Meski pada akhirnya tercoret.

5.  SUNARWAN
 
Kami latihan tiap hari pagi dan sore sampai malam. Hanya hari Minggu saja kami istirahat”, ujar pemain yang pernah berlaga di All Star Proliga 2007 tersebut. “Makanya, begitu ada waktu luang, saya gunakan semaksimal mungkin untuk tidur”, lanjut Sunarwan sambil tertawa.
Sunarwan mengaku cukup kecewa, ketika timnya gagal meraih juara di Proliga 2008 ini. “Kami tampil buruk di final four Bandung”, ungkap libero yang sebentar lagi genap berusia 22 tahun tersebut. “Kami seperti kehilangan semangat dan kekompakan tim”, lanjut Sunarwan.
Sunarwan kerap berteriak dan mengitari lapangan usai timnya mencetak angka, untuk membangkitkan semangat rekan-rekan se-timnya.“Kadang saya gemes, kalau melihat teman-teman di lapangan diam saja dan tidak ada komunikasi”, terang pria yang hobby berenang ini. Namun, diakui dukungan penonton menjadi suntikan semangat yang ampuh baginya.
“Wah, senang sekali kalau penontonnya ramai, main jadi lebih semangat”, ungkap pemain yang mengaku paling dekat dengan Miko dan Heru tersebut. 
Grogi kerap menghinggapinya kalau nilai kejar-mengejar dan mencapai angka diatas 20. “Biasanya saya selalu menarik nafas dalam-dalam”, kata Sunarwan menjelaskan kiatnya dalam menghadapi perasaan nervous. 
Nama Sunarwan mulai dilirik oleh pengurus Yuso, ketika penyuka tempe goreng ini memperkuat Jawa Tengah dalam Kejurnas Junior di Jogjakarta tahun 2004. Begitu bergabung, masih di tahun yang sama Yuso menjuarai Livoli di Cirebon.Prestasi yang sama juga ditorehkan Yuso dalam Livoli 2007 di Jember. “Senang sekali rasanya kalau Yuso menjadi juara”, kata Sunarwan. 






itulah ke 5 pemain bolavolly andalan indonesia di masa depan..

Tidak ada komentar:

Posting Komentar